Sabtu, 10 Mei 2008

Burung Bisa Melihat Medan Magnet Bumi
Retina mata burung migran mengandung protein yang peka terhadap cahaya dan medan magnet.
Perdebatan panjang selama empat dekade mengenai kemampuan burung mendeteksi medan magnet Bumi mulai terkuak sedikit demi sedikit. Para ilmuwan telah membuktikan rahasianya pada kedua mata burung yang selama ini dicari-cari.

Penjelasan tentang kemampuan burung mendeteksi medan magnet memicu perdebatan saat Klaus Schulten dari Universitas Illinois, AS mengungkapkan pendapatnya bahwa burung-burung migran pasti memiliki molekul-molekul di mata atau otak yang peka terhadap medan magnetik Bumi. Teori ini sudah dipelajari sekitar empat puluh tahunan, namun tak satu pun ilmuwan yang berhasil membuktikan adanya molekul tersebut.
Seperti dilansir jurnal ilmiah Nature, baru-baru ini para peneliti berhasil menemukan bahwa molekul tersebut mungkin cryptochrome. Henrik Mouritsen dari Universitas Oldenburg, Jerman menemukan bahwa protein tersebut terkandung dalam retina burung migran. Sel-sel protein juga diketahui aktif setiap petang menjelang saat burung tersebut tidak dapat mengandalkan cahaya untuk melihat benda-benda di sekitarnya.
Selama ini, cryptochrome banyak diketahui sebagai jenis protein yang sensitif terhadap cahaya. Protein ini diketahui berperan dalam mengatur jam biologi, seperti pengaturan tahap pertumbuhan pada tanaman dan waktu kawin.
Membuat tiruan bahkan menemukan protein cryptochrome tergolong sulit. Jadi, untuk mempelajarinya, digunakan senyawa yang memiliki sifat mirip yakni CPF (carrotenoid-porphyrin-fullerene). Jika diberi medan magnet, meskipun sangat kecil, senyawa ini bereaksi dengan melepaskan dua jenis radikal bebas.
Kolega Mouritsen, Peter Hore dari Universitas Oxford dapat mengatur konsentrasi radikal bebas sesuai medan magnet yang dipaparkan. Ia berpendapat, cryptochrome pada burung mungkin diaktifkan cahaya biru yang muncul saat senja dan mulai bekerja dengan mekanisme pelepasan radikal bebas tersebut untuk melihat medan magnet Bumi.
Namun, bagaimana burung mendeteksi medan magnet Bumi masih menjadi bahan perdebatan baru. Mouritsen yakin mata burung memiliki lapisan penglihatan ganda. Saat protein diaktifkan, layar visual akan berubah menjadi semacam panel radar yang akan melihat garis-garis medan magnet Bumi seperti pada pesawat.

Read More......

danau yang mendidih

Danau Terbesar di Dunia "Mendidih"

Suhu rata-rata Danau Baikal, danau air tawar terbesar di Asia dan terdalam di dunia yang terletak di Siberia, Rusia mengalami kenaikan lebih cepat daripada kenaikan rata-rata suhu udara di dunia selama 60 tahun terakhir. Hal tersebut menyebabkan nasib hewan-hewan unik yang hidup di perairan tersebut dalam keadaan terancam punah.
Kenaikan suhu di danau tersebut mencapai 1,21 derajat Celcius sejak 1946 akibat perubahan iklim atau hampir tiga kali lebih cepat daripada kenaikan suhu udara global. Hal tersebut dikatakan Marianne More, seorang profesor di Wellesley College di Massachusetts, AS, salah satu penulis dari karya tulis ilmiah.

Danau yang mengalami perubahan temperatus secara cepat itu memiliki 20 persen ikan air tawar yang ada di dunia yaitu sekitar 2.500 spesies yang tak dapat ditemukan di tempat lain di dunia. Bahkan, di antaranya terdapat satu-satunya anjing laut air tawar.


Jika tren naiknya temperatur tak dapat dicegah, lapisan es dapat hilang seluruhnya dari permukaan danau tersebut. Moore mengatakan, anjing laut air tawar yang membesarkan anak-anak mereka di atas lapisan es dapat sangat menderita karena hal tersebut. Anak-anak anjing laut air tawar juga lebih rentan terhadap serangan predator jika tak ada lagi gua-gua es sebagai tempat terlindungi.

"Perubahan dari mata rantai bahan makanan juga telah berubah. Jumlah zooplankton multiseluler yang biasanya hidup di air yang jauh lebih hangat telah meningkat menjadi 335 persen sejak 1946, sementara jumlah chlorophyl telah meningkat 300 persen sejak tahun 1979," kata Moore. Selain itu jumlah diatom yang hidup di es yang kemudian mati dan menjadi makanan bagi organisma kecil yang hidup di dasar danau juga makin berkurang.

"Berkurangnya lapisan es akan memberikan dampak yang lebih besar dibandingkan dengan pemanasan global itu sendiri," tandas Moore. Penemuan tersebut juga berarti hal yang lebih buruk dapat terjadi pada danau-danau yang lebih kecil lainnya. Selama ini, para ilmuwan berangapan volume air yang banyak di danau tak mudah terpengaruh dampak dari pemanasan global, namun kenyataanya sangat rentan.

Read More......

Fosil Burung Zaman Dinosaurus Ditemukan Utuh
Meski usianya tak setua Archaeopteryx, yang diyakini sebagai spesies burung tertua di dunia saat ini, fosil baru yang ditemukan di China ditemukan dalam kondisi utuh.

Fosil tersebut ditemukan para paelontolog China dan Inggris dari tepian danau di sekitar hutan bagian utara Provinsi Hebei selama ekspedisi tahun 2005-2006. Para ilmuwan memberi nama Eoconfuciusornis zhengi yang berarti burung Konfusius.


"Eoconfuciusornis menyediakan potongan baru dalam teka-teki evolusi dari Archaeopteryx menjadi burung lebih maju," ujar Zhou Zhong, salah satu penulis laporan penelitian tersebut dari Institute of Vertebrate Paleontology and Paleoanthropology di Beijing.

Kondisinya fosil yang utuh mungkin karena burung tersebut tenggelam ke danau tersebut dan tertimbun endapan di dasar danau pada Era Cretaceous antara 120 juta tahun hingga 131 juta tahun. Selama jutaan tahun tertimbun, tubuhnya mengalami proses fosilisasi dan terjaga dalam endapan yang membatu.

Sosoknya sudah mirip sekali dengan burung modern dengan bentuk sayap berbulu dan susunan bulu ekor yang simetris. Warna bulunya bervariasi antara coklat dan hitam yang bisa jadi warna sebenarnya atau perubahan dari warna biru, merah, dan kuning seperti burung modern.

Karakteristiknya lebih mirip burung modern daripada Archaepteryx yang masih memiliki karakteristik fisik pada dinosaurus, seperti gigi dan tulang ekor yang panjang. Struktur tulang dan ototnya juga mendukung kemampuan manuver terbang lebih lincah. Namun, keduanya mungkin sama-sama memiliki kelemahan terbang dari permukaan tanah yang rata sehingga mudah diserang lawan.

Hewan tersebut mungkin hidup di pepohonan dan memiliki kuku dan bulu ekor panjang yang penting untuk membantu menyeimbangkan tubuh saat bertengger di dahan. Ia sepertinya lihai meluncur ke permukaan danau untuk menangkap ikan sebagai mangsanya.

Read More......